Menurut
Wikipedia Kearifan lokal merupakan
bagian dari budaya
suatu masyarakat
yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal
biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui
cerita dari mulut ke mulut. Kearifan lokal ada di dalam cerita rakyat,
peribahasa,
lagu, dan permainan rakyat. Kearifan
lokal sebagai suatu pengetahuan yang ditemukan oleh masyarakat lokal tertentu
melalui kumpulan pengalaman dalam mencoba dan diintegrasikan dengan pemahaman
terhadap budaya dan keadaan alam suatu tempat.
Kearifan lokal terdiri dari dua kata yaitu kearifan
(wisdom) atau kebijaksanaan dan lokal (local) atau setempat. Jadi kearifan
lokal adalah Ide dan gagasan atau pengetahuan yang lahir dari masyarakat
setempat dalam menjalankan kehidupan di lingkungan sekitar.
Kearifan Lokal sendiri sudah ada sejak zaman dahulu di
lingkungan masyarakat lokal sebelum berkembangnya teknologi seperti sekarang
ini. Misalnya pada suku Baduy yang lebih mengutamakan sistem tertutup, artinya
aktivitas ekonomi dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
diproduksi serta dikonsumsi dilingkungan Baduy sendiri. Mata pencaharian mereka
pada umumnya adalah bertani atau bercocok tanam. Seluruh masyarakat di Baduy
belajar untuk bekerja di pertanian sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.
Di Baduy terdapat aturan dalam pertanian yang diikuti oleh masyarakatnya. Ada
waktu dimana mereka harus mengolah tanah, menanam, maupun memanen hasil
pertaniannya. Sistem pertanian disana adalah dengan sistem berladang dan
berkebun. Pada masa dimana mereka tidak sedang bekerja di ladang, Baduy
laki-laki bekerja di hutan untuk berburu dan memanen madu, sementara Baduy
wanita bekerja menenun dirumah untuk membuat baju, selendang, sarung, serta
kerajinan tangan seperti tas.
Menurut Antariksa (2009), kearifan lokal merupakan
unsur bagian dari tradisi-budaya masyarakat suatu bangsa, yang muncul menjadi
bagian-bagian yang ditempatkan pada tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan
kawasan (perkotaan) dalam geografi kenusantaraan sebuah bangsa.
Berangkat dari semua itu, kearifan lokal adalah
persoalan identitas. Sebagai sistem pengetahuan lokal, ia membedakan suatu
masyarakat lokal dengan masyarakat lokal yang lainnya. Perbedaan itu dapat
dilihat dari tipe-tipe kearifan lokal yang dapat ditelusuri:
Kearifan lokal dalam hubungan dengan makanan: khusus
berhubungan dengan lingkungan setempat, dicocokkan dengan iklim dan bahan
makanan pokok setempat. (Contoh: Sasi laut di Maluku dan beberapa tempat lain
sebagai bagian dari kearifan lokal dengan tujuan agar sumber pangan masyarakat
dapat tetap terjaga).Kearifan lokal dalam hubungan dengan pengobatan: untuk
pencegahan dan pengobatan. (Contoh: Masing-masing daerah memiliki tanaman obat
tradisional dengan khasiat yang berbeda-beda).
Kearifan lokal dalam hubungan dengan sistem produksi:
Tentu saja berkaitan dengan sistem produksi lokal yang tradisional, sebagai
bagian upaya pemenuhan kebutuhan dan manajemen tenaga kerja. (Contoh: Subak di
Bali; di Maluku ada Masohi untuk membuka lahan pertanian, dll.).
Kearifan lokal dalam hubungan dengan perumahan:
disesuaikan dengan iklim dan bahan baku yang tersedia di wilayah tersebut
(Contoh: Rumah orang Eskimo; Rumah yang terbuat dari gaba-gaba di Ambon, dll.).
Kearifan lokal dalam hubungan dengan pakaian:
disesuaikan dengan iklim dan bahan baku yang tersedia di wilayah itu.
Kearifan lokal dalam hubungan sesama manusia: sistem
pengetahuan lokal sebagai hasil interaksi terus menerus yang terbangun karena
kebutuhan-kebutuhan di atas. (Contoh: Hubungan Pela di Maluku juga berhubungan
dengan kebutuhan-kebutuhan pangan, perumahan, sistem produksi dan lain
sebagainya).
Kearifan lokal di Maluku Utara yang bergotong- royong
dalam segala hal, misalnya pembangunan rumah warga masyarakat dalam sebuah Desa
maka sesama warga akan saling membantu.
Banyak sekali kearifan lokal yang tanpa disadari tetap
memberikan nilai positif dan kearifan lokal sendiri tetap bermanfaat dari
setiap pergantian zaman. Misalnya di daerah asal penulis tepat di Kota Sanana,
Maluku Utara pada saat pergantian musim kemarau ke musim hujan biasanya
terdapat serangga tertentu yang akan muncul dengan jumlah yang banyak dan hal
itu sebagai sumber pengetahuan bahwa akan terjadi hujan, dan itulah pengetahuan
lokal yang sampai sekarang masih digunakan meskipun teknologi semakin
berkembang. Hal itu yang membuktikan bahwa Kearifan Lokal tetap eksis sampai
sekarang.
Kearifan lokal seperti ini menurut penulis harus
kembali dibudayakan dan dikembangkan dalam menyikapi realitas alam sekarang
yaitu pemanasan global yang menjadi wacana Internasional, seperti yang kita
ketahui dampak dari pemanasan global salah satunya adalah terjadinya perubahan
cuaca yang tidak teratur ( Anomali ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar